Jumat, 19 Juli 2013

Laporan KKL 2 Demak- Bromo- Bali

LAPORAN KULIAH KERJA LAPANGAN 2 
HASIL KUNJUNGAN KE DEMAK- BROMO- BALI 
UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA




PENDAHULUAN

Masjid Demak merupakan masjid tertua di Indonesia. Masjid ini dipercayai pernah menjadi tepat berkumpulnya para ulama (wali) yang menyebarkan agama Islam di tanah Jawa yang disebut dengan walisongo. Secara geografis masjid agung Demak berada di desa Kauman, kecamatan Demak kota, kabupaten Demak Kota, Jawa Tengah. Di dalam masjid Demak terdapat sebuah museum. Museum ini menyimpan berbagai barang peninggalan Masjid Agung Demak.
Bromo terkenal sebagai ikon wisata gunung api (aktif) di Jawa Timur. Gunung ini memang tidak sebesar gunung api lainnya di Indonesia, namun Bromo memiliki pemandangan yang begitu indah, sehingga keindahannya yang luar biasa membuat wisatawan yang berkunjung akan berdecak kagum. Dari puncak gunung penanjakan di ketinggian kurang lebih 2.770 mdpl wisatawan dapat menikmati sunrise ‘matahari terbit’ dengan mendaki gunung Penanjakan yang merupakan gunung tertinggi di kawasan itu dimulainya dari dini hari. Kawasan wisata Bromo tidaklah sulit untuk dijangkau para wisatawan, karena mempunyai empat pintu untuk masuk kawasan taman nasional ini, yaitu dari Malang, Pasuruan, Lumajang, dan Probolinggo. Bromo tidak hanya identik dengan lautan pasir, matahari terbit, hawa dingin, upacara kasada dan sebagainya.
Bali adalah nama salah satu Provinsi di Indonesia dan juga merupakan nama pulau terbesar yang menjadi bagian dari provinsi tersebut. Selain terdiri dari Pulau Bali, wilayah Provinsi Bali juga terdiri dari pulau-pulau yang lebih kecil di sekitarnya, yaitu pulau Nusa Penida, Pulau Nusa Lembongan, Pulau Nusa Ceningan dan Pulau Srangan. Bali terletak di antara Pulau Jawa dan PulauLombok. Ibukota provinsinya ialah Denpasar yang terletak di bagian selatan pulau ini. Mayoritas penduduk Bali adalah pemeluk agama Hindu. Di dunia, Bali terkenal sebagai tujuan pariwisata dengan keunikan berbagai hasil seni-budayanya, khususnya bagi para wisatawanJepang dan Australia. Bali juga dikenal dengan sebutan Pulau Dewata dan Pulau Seribu Pura.

 DEMAK

Kondisi Georafis Masjid Demak
Secara geografis masjid agung Demak berada di desa Kauman, kecamatan Demak kota, kabupaten Demak Kota, Jawa Tengah. Secara astronomis, kabupaten Demak sendiri terletak antara 110°2758" - 110°4847" BT dan 6°4326" - 7°0943" LS. Kompleks masjid Agung Demak berdiri di lahan seluas 1,5 ha yang dipisahkan oleh pagar keliling dari tembok. Di depan masjid berhadapan alun-alun kota Demak dipisahkan oleh jalan Sultan Patah oleh jalan Semarang-Demak.
Kondisi Historiografis  Masjid Demak
Masjid Demak merupakan masjid tertua di Indonesia. Masjid ini dipercayai pernah menjadi tepat berkumpulnya para ulama (wali) yang menyebarkan agama Islam di tanah Jawa yang disebut dengan walisongo. Endiri masjid ini diperkirakan adalah Raden Patah, yaitu raja pertama dari kesultanan Demak sekitar abad ke 15 Masehi. Raden Patah bersama walisongo mendirikan masjid yang karismatik ini dengan memberi gambar serupa bulus. Ini merupakan candra sengkala mamet, yang artinya sarira sunyi kiblating Gusti yang bermakna tahun 1401 saka. Gambar bulus terdiri atas kepala yang berarti angka 1 (satu), 4 kaki berarti angka 4 (empat), badan bulus berarti angka 0 (nol), ekor bulus berarti angka 1 (satu). Dari simbol ini diperkirakan masjid Agung Demak berdiri pada tahun 1401 saka. Secara arsitektural salah satu keistimewaannya adalah bentuk atapnya limas piramida bertingkat tiga yang menjadi khas bentuk masjid di Jawa, ini menunjukkan akidah islamiyah yaitu iman, Islam dan ihsan. Memiliki empat soko guru yang salah satunya konon dibuat dari tatal.
Masjid bersejarah itu dilaksanakan oleh ”wali 9” dalam tiga tahap pembangunan :
1.      Semula disebut Masjid Glagahwangi, karena terletak di tengah pondok pesantren Glagahwangi yang diasuh dan dipimpin oleh Sunan Ampel yang didirikan tahun 1466 M.
2.      Setelah Raden Fattah diangkat menjadi Adipati Majapahit di Glagahwangi 1475 M, kemudian masjid dilakukan rehabilitasi berat, sejak itu disebut Masjid Kadipaten Glagahwangi 1477 M
3.      Selanhutny setelah direnovasi disebut Masjid Kesultanan Bintoro sejak 1479 M, setelah Raden Fattah disengkuyung oleh waliullah untuk menduduki tahta kasultanan 1 di pulau Jawa 1478 M.
Setelah itu disebut Masjid Agung Demak demikian juga masjid-masjid utama yang berada dikota:kotamadya dan kabupaten mengalami perubahan penyebutan sebagai Masjid Agung. Sesuai peraturan Menteri Agama R.I. No. 1/1988 yang berlaku sejak tahun 1991.
1.      Pembangunan Masjid Tahap 1 oleh Wali 9
Dinamakan Masjid Glagahwangi, karena didirikan ditengah pondok pesantren Glagahwangi oleh “wali9 “ bersama kaum santri termasuk pangeran Jimbun/Raden Husain/R. Purbo/ Raden. Fataah (pengeran dari palembang, Sriwijaya, Sumatera itu adalah putra pertama dari putra pertama dari putri Campa dengan  Prabu Kertabumi /Brawijaya V/ Raja Majapahit XI, putera beliau urutan ke 13). Konon masjid bersejarah dibangun oleh ‘’wali 9” selesai dalam satu malam saat bulan purnama, bertepatan malam jumat kliwon, bulan ruwah, tahun Jawa 1388 S.
Masjid Glagahwangi merupakan masjid pertama di pulau Jawa, karena selesai semalam maka Ki Ageng Selo menggambarkan bagai halilintar/petir/bledeg (Jawa) dilukis sebagai bintang mitos berupa “mahkota kepala naga” dengan mulut bergigi yang terbuka dan jambangan yang disertai bunga-bunga tumbuhan, terukir pada daun pintu yang terbuat dari kayu jati. Pintu itu terletak di tengah/utama masjid, sebagai “condro sengkolo” atau prasasti yang bermakna “nogo mulat saliro wani”, artinya berdirinya masjid itu pada tahun Jawa=1388 S identik dengan tahun 1466 M (masjid yang berada di tengah pulau Jawa). Anggapan masyarakat, bahwa Ki Ageng Selo yang sakti itu pernah menangkap petir/bledeg (jawa), sehingga mengundang simpati masyarakat untuk mengikuti ajaran ”wali 9” yang menganut agama islam. Masyarakat sampai sekarang memberi sebutan “pintu bledeg”
2.      Pembangunan Masjid tahap II oleh wali 9 sewaktu pangeran Jimbun/R. Husain/R. Purbu /R. Fattah menjabat adipati Mjapahit di Glagahwangi dengan gelar Adipati Notoprojo tahun 1475 M. Maka masjid dipugar, direnovasi, diperluas, diperindah, diperkuat kontruksinya, yang dikerjakan oleh para wali bersama kaum santri dan dibantu oleh tukang-tukang yang didatangkan oleh tiongkok. Karena masjid itu menjadi tanggung jawab Adipati Notoprojo, maka disebut Masjid Kadipaten. Purna pugar Masjid di Kadipaten Glagahwangi ditandai “condro sengkolo” atau prasasti yang bermakna 2 kori trus gumaning Janmi yang dapat diartikan pada tahun jawa=1399 S identik dengan tahun 1477 M. Purna Pugar diresmikan oleh Raden Fattah setelah dua tahun memangku jabatan Adipati Notoprojo di Glagahwangi.
3.      Pembangunan Masjid tahap II oleh “wali 9” setelah R fattah disengkuyung waliullah naik tahta kerajaan islam I di tanah Jawa pada tahun 1478 M dengan gelar Kajeng Sultan Raden Abdul Fattah Al Akbar Sayyidin Panotogomo yang berdudukan di Bintoro, maka masjid yang religius itu dipugar, dipercantik dan dibenahi menjadi masjid keraton/kesultanan Bintoro yang megah, anggun dan berwibawa, oleh dewan wali yang dipimpin oleh Syaikh Maulana Maghribi/Syaikh Maulana Muhammad Al Muhdlor yang berasal dari Maroko dimana rancang bangunnya dibantu oleh para wali, terutama dari sunan Kalijaga, sunan Bonang, sunan Ampel dan sunan Gunung Jati. Satu tahun setelah R Fattah menduduki tahta kerajaan/kesultanan Bintoro yakni pada tahun 1479 M Kanjeng sultan meresmikan purna pugar menjadi Masjid Kesultanan/ Masjid Wiroatan yang ditandai “condro sengkolo memet” atau prasasti bergambar bulus yang terletak pada dinding depan Mihrab/pengimaman. Lambang bulus itu dapat diartikan bahwa purna pugar Masjid Kesultanan Bintoro, bermakna “satrio sunyi kiblating gusti” atau jawa 1401 saka identik tahun 1479 M.
4.      Struktur masjid ‘wali 9” abad XIV
Masjid ciptaan wali 9 memang unik. Masjid induk berdinding “segi empat” dan “empat sudut” seluruh bangunan atap tiga tingkat disangga/didukung “empat soko guru” waqof dari sunan Ampel, Sunana Kalijaga, Sunan Bonang, dan Sunan Gunung Jati. Ini mengindikasikan bahwa para wali yang pernah hidup tahun 1400/1500 M telah menganut faham “Madzhab empat” antara lain “Madzhab Imam Syafi’i” dengan ”I’tiqad ahlussunah wal jamaah” hampir seluruh bangun mulai dari atap (genting), kerangka kontruksi, balok loteng,, geladag, soko guru dan lain-lain terbuat dari kayu jati ukuran besar (raksasa) seperti ukuran sirap 3 x 25 x 68 cm, usuk 14  x 14 cm, balok kayu 30 x 30  cm.
Bangunan atas, berupa atap limas piramida susun tiga (gunungan/meru)merupakan pengejawatahan akidah : islamiyah yang bersumber kepada (1) iman, (2) islam, (3) ihsan. Bangunan puncak : biasanya disebut Mustaka. Dalam hal ini dapatlah memberi gambaran, bahwa kekuasaan yang tertinggi, sevara mutlak hanyalah kehadirat “ Allah Subhanahu wata’ala”. Bagian masjid ukuran dari bagian dalam 24 x24 m2, ketinggian sampai Mustaka = 21.65 m dan emperan keliling lebar rata-rata = 2,80 m dengan luas mihrah/pengimaman = 146 x 268 cm. Luas serambi Masjid 17, 50 29,00 m dengan ketinggian 7,63 m. Bagian pawestren/keputrian (khusus untuk sholat ibu-ibu) luas 7,13 m2. Luas situs masjid “wali 9” di Demak + 1,5 ha. Kelengkapan bangunan masjid induk antara lain :
1.      pintu Bledeg “ condro sengkolo “ abad XIV
2.      soko guru wali : amper, kalijogo, Bonang dan Gunung Jati abad XIV
3.      zampar kencana/mimbar abad XIII
4.       kholwat/maksuroh, lambang-lambang dan hiasan seperti lambang bulas di pengimaman, surya Majapahit, akar minang/lambang ghoib, piringan Putri campa, huruf-huruf ilahiyah dan prasasti yang nampaknya masih sulit dijelaskan atau dipahami. Kelengkapan bangunan serambi Masjid dari bekas pendopo Majapahit abad XIII, antara lain bukti sejarah berupa delapan soko guru dan kayu yang ditopang batu andesit, semua siukir model kuna/bermotif ukiran Majapahit. Kelengkapan yang berupa makam dari beberapa nama yang dapat dikenali antara lain : diluar cungkup R. Fattah/ Sultan Demak, I,R. Patiunus/ Sultan Demak II, permaisuri R. Fattah Nyi Ageng Manyuro Nyi Ageng Cempo, pangeran mekah, pangeran Sedo Lepen/pangeran Surowimekah, pangeran Sedo Lepen/pangeran Surowiyoto (putra kedua R. Fattah), sunan Ngudug sekalian (orang tua sunan Kudus). Ky. Ageng Campa, Prabu Darmo Kusumo, Adipati Terung ( adik R. Fattah), pangeran Arya Panangsang, P. Jaran Panoleh, P. Jipang Panolan, P. Aryo Jenar, P. Benowo, K.A Natas Angin, Syeikh Maulana Maghribi, Syeikh Maulana Su’ud, pangeran Singo Yudho, R. Khulkum, R.H. tumenggung Wironegoro, Nyi Ageng Serang dan lain-lain.
Makam dalam cungkup antara lain makam : R. Trenggono/ Sultan Demak ke 3, permaisuri Sultan trenggono , Nyi Ageng Pinatih, sunan Prawoto/R. Haryo Bagus Mukmin (putra Sultan Trenggono), Nyi Ageng Wasi, Tumenggung Tanpa Siring, pangeran pandan/K.A Winopolo, patih Mangkurat, patih Wonosalam/ Joko Wono pangeran Suruh, R. Mas Gawulan dan lain-lain. Bangunan menara azan konstruksi baja tahun 1932 tinggi 22 m, dibangun atas ide K.H. Abdoerrochman seorang penghulu Demak, karena usianya sudah lebih dari 50 tahun dan masih utuh menjadi benda cagar budaya yang dilindungi UU No. 5 tahun 1992.
Nama penguasa, sultan, adipati, Bupati, demak tahun 1403 sampai Sekarang :
1. Pangeran Jimbun/sultan Fattah 1478 – 1518
2. Raden Makasar/sultan Patiunus 1518 – 1521
3. Raden Haryo/sultan Trenggono 1521 – 1546
4. Masa kosong situasi keluarga 1546 – 1560
5. R.M. karebet/sultan Hadiwijoyo 1560 – 1575
6. Masa transisi pindah ke Pajang 1575 – 1582
7. Hadipati Haryo Panggiri 1582 – 1586
8. Tumenggung Wironegoro 1586 – 1606
9. Hadipati Haryo nagoro 1606 – 1613
10. Ki Ageng Batang 1613 – 1616
11. Hadipati Yudonegoro 1616 – 1617
12. Ki Ageng Gombong 1617 – 1619
13. Situasi tidak stabil/penjajahan 1619 – 1621
14. Ki Ageng Seda Laren 1621 – 1646
15. Kembali situasi tidak stabil/penjajahan 1646 – 1649
16. Hadipati Mangkuprojo 1649 – 1701
17. Kondisi makin memburuk/penjajahan 1701 – 1734
18. Hadipati Wiryokusumo/Pn Krapyak 1734 – 1757
19. Hadipati Somodiningrat Kaloran 1757 – 1760
20. Ki Ageng Bogor 1760 – 1763
21. Situasi kosong/komplang 1763 – 1772
22. KI Ageng Kaliwungu 1772 – 1776
23. Haryo Nagoro/R.Brotokusumo 1776 – 1781
24. Hadipati Wiryo Hadinegoro 1776 – 1801
25. Situasi kosong Pangeran Cokro Negoro
Membangun pendhopo kadipaten
(sekarang kabupaten Demak) 1801 – 1845
26. K.P. Aryo Condronegoro IV 1845 – 1864
27. K.P. Aryo Poerbodiningrat 1864 – 1881
28. K.P. Haryodiningrat/Suryodiningrat
(putra kasunanan Surakarta) 1881 – 1901
29. Kosong /komplang akibat penjajah 1901 – 1918
30. K.R.T. Cokro Hamijoyo 1918 – 1923
31. K.R.T. Sosro Hadiwijoyo 1923 - 1936
32. Raden Iskandar Tirto Kusumo 1936 – 1942
33. Raden Soepangat 1942 – 1945
34. Raden Haryo Joyo Sudarmo 1945 – 1948
35. K.R.T. Rawuh Rekso Hadiprojo 1948 – 1949
36. Raden Soekirdjo 1949 – 1953
37. Raden Soekandar 1953 – 1957
38. Raden Sidoel Karta Atmojo 1957 – 1958
39. Raden Indriyo Yatmopranoto 1958 – 1966
40. Doemami, SH 1966 – 1972
41. Drs. Moch. Adnan Widodo 1972 – 1973
42. Drs. Winarno Surya Adi Subraya 1973 – 1978
43. Drs. H. Soedomo 1978 – 1984
44. Kol. E. Sumartha 1984 – 1985
45. Drs. Waluyo Cokrodarmanto 1985 – 1986
46. Kol. H. Soekarlan 1986 – 1996
47. Kol. H. Djoko Widji Suwito, SIP 1996 – 2002
48. Dra. Hj. Endang Setyaningdyah, MM 2002 – 2006
49. Drs. H. Tafta Zani, MM 2006 – Sekarang
Museum Masjid Demak
Museum Masjid Agung Demak adalah sebuah museum yang terletak di dalam kompleks Masjid Agung Demak dalam lingkungan alun-alun kota Demak. Masjid Agung Demak merupakan masjid tertua di Pulau Jawa, didirikan Wali Sembilan atau Wali Songo. Museum ini menyimpan berbagai barang peninggalan Masjid Agung Demak. Museum berdiri di atas lahan seluas 16 meter persegi ini menyimpan benda-benda bersejarah yang mencapai lebih dari 60 koleksi.

Beberapa koleksi tersebut antara lain : bagian-bagian sokoguru (sokoguru Sunan Kalijaga, sokoguru Sunan Bonang, sokoguru Sunan Gunungjati, sokoguru Sunan Ampel , sirap, kentongan dan bedug peninggalan para wali, dua buah gentong (tempayan besar) dari Dinasti Ming hadiah dari Putri Campa abad XIV, Pintu Bledeg buatan Ki Ageng Selo yang merupakan condrosengkolo berbunyi Nogo Mulat Saliro Wani yang berarti angka tahun 1388 Saka atau 1466 M atau 887 H, foto-foto Masjid Agung Demak tempo dulu, lampu-lampu dan peralatan rumah tangga dari kristal dan kaca hadiah dari PB I tahun 1710 M, kitab suci Al-Qur’an 30 juz tulisan tangan, maket masjid Demak tahun 1845 – 1864M, beberapa prasasti kayu memuat angka tahun 1344 Saka, kayu tiang tatal buatan Sunan Kalijaga, lampu robyong masjid Demak yang dipakai tahun 1923 – 1936 M.
Sesuai dengan namanya, Museum Masjid Agung Demak terletak di dalam kompleks Masjid Agung Demak dalam lingkungan alun-alun kota Demak, atau tepatnya di sisi utara masjid berdekatan dengan komplek makam para Sultan Demak.
Di museum ini tersimpan berbagai benda menarik peninggalan Wali Songo dan Kerajaan Demak. Diantaranya : bagian-bagian soko guru yang rusak (sokoguru Sunan Kalijaga, sokoguru Sunan Bonang, sokoguru Sunan Gunungjati, sokoguru Sunan Ampel), sirap, kentongan dan bedug peninggalan para wali, dua buah gentong (tempayan besar) dari Dinasti Ming hadiah dari Putri Campa abad XIV.
Yang cukup menarik adalah Pintu Bledeg buatan Ki Ageng Selo yang merupakan condrosengkolo berbunyi Nogo Mulat Saliro Wani yang berarti angka tahun 1388 Saka atau 1466 M atau 887 H, foto-foto Masjid Agung Demak tempo dulu, lampu-lampu dan peralatan rumah tangga dari kristal dan kaca hadiah dari PB I tahun 1710 M, kitab suci Al-Qur’an 30 juz tulisan tangan, maket masjid Demak tahun 1845 – 1864 M, beberapa prasasti kayu memuat angka tahun 1344 Saka, kayu tiang tatal buatan Sunan Kalijaga, lampu robyong masjid Demak yang dipakai tahun 1923 – 1936 M.
Keterangan koleksi-koleksi tersebut di atas :
Pintu Bledeg
Dibuat oleh Ki Ageng Selo tahun 1466 M, berbahan dari kayu jati berukiran tumbuh-tumbuhan, suluran, jambangan, mahkota, dan kepala binatang (naga?) dengan mulut terbuka menampakkan gigi-giginya yang runcing. Menurut cerita, kepala naga tersebut menggambarkan petir yang kemudian dapat ditangkap oleh Ki Ageng Selo.
Soko Majapahit,
Tiang ini berjumlah delapan buah terletak di serambi masjid. Benda purbakala hadiah dari Prabu Brawijaya V Raden Kertabumi ini diberikan kepada Raden Fattah ketika menjadi Adipati Notoprojo di Glagahwangi Bintoro Demak 1475 M.
Surya Majapahit.                                                                                                    
Merupakan gambar hiasan segi 8 yang sangat populer pada masa Majapahit. Para ahli purbakala menafsirkan gambar ini sebagai lambang Kerajaan Majapahit. Surya Majapahit di Masjid Agung Demak dibuat pada tahun 1401 tahun Saka, atau 1479 M.
Dampar Kencana,
Benda arkeologi ini merupakan peninggalan Majapahit abad XV, sebagai hadiah untuk Raden Fattah Sultan Demak I dari ayahanda Prabu Brawijaya ke V Raden Kertabumi. Semenjak tahta Kasultanan Demak dipimpin Raden Trenggono 1521 – 1560 M, secara universal wilayah Nusantara menyatu dan masyhur, seolah mengulang kejayaan Patih Gajah Mada.
Maksurah
merupakan artefak bangunan berukir peninggalan masa lampau yang memiliki nilai estetika unik dan indah. Karya seni ini mendominasi keindahan ruang dalam masjid. Artefak Maksurah didalamnya berukirkan tulisan arab yang intinya memulyakan ke-Esa-an Tuhan Allah SWT. Prasasti di dalam Maksurah menyebut angka tahun 1287 H atau 1866 M, di mana saat itu Adipati Demak dijabat oleh K.R.M.A. Aryo Purbaningrat.
Kondisi Ekonomi Demak
Posisi kerajaan Demak sangat strategis dalam perdagangan laut, pelabuhannya sering dipakai transit kapal-kapal dagang dari wilayah barat yang hendak ke selat Malaka, begitupun sebaliknya. Keinginannya untuk menjadi negara Maritim dilakukan usaha untuk menaklukkan Malaka dan Portugis. Usaha ini gagal, walau demikian tidak meruntuhkan perekonomian Demak karena didukung oleh hasil pertanian dan memperoleh keuntungan ekonomi yang besar. Kesadaran pentingnya memanfaatkan ekonomi pertanian, Demak melakukan perluasan wilayah kedaerah-daerah sekitarnya termasuk ke Jawa Barat.
Kondisi Sosiologi Demak
Keadaan sosial di Demak tidak jauh beda dengan masa berkuasanya Majapahit. Perbedaan yang mencolok terdapat pada penggunaan aturan-aturan dan hukum yang sesuai dengan ajaran Islam, sehingga terasa lebih etrtib dan teratur. Demak merupakan pusat penyebaran agama Islam di Nusantara. Lahirnya wali-wali di Demak mempercepat proses penyebaran agama Islam bahkan sampai ke Pelosok. Mendirikan pesantren adalah cara penyebaran agama Islam yang efektif. Hitu yang berasal dari ternate pernah belajar di pesantren yang didirikan oleh Sunan Giri. Setelah belajar, dia menyebarkan agama Islam di Ternate.

 
BROMO

Letak Geografis daerah Bromo
Suku Tengger adalah sebuah suku yang tinggal di sekitar Gunung Bromo, Jawa Timur, yakni menempati sebagian wilayah Kabupaten Pasuruan, Lumajang, Probolinggo, dan Malang. Suku Tengger merupakan sub suku Jawa menurut sensus BPS tahun 2010. Suku bangsa Tengger berdiam disekitar kawasan di pedalaman gunung Bromo yang terletak di kabupaten Probolinggo, Jawa Timur. Berdasarkan persebaran bahasa dan pola kehidupan sosial masyarakat, daerah persebaran suku Tengger adalah disekitar Probolinggo, Lumajang, (Ranupane kecamatan Senduro), Malang (desa Ngadas kecamatan Poncokusumo), dan Pasuruan. Sementara pusat kebudayaan aslinya adalah di sekitar pedalaman kaki gunung Bromo. Bromo terkenal sebagai ikon wisata gunung api (aktif) di Jawa Timur. Gunung ini memang tidak sebesar gunung api lainnya di Indonesia, namun Bromo memiliki pemandangan yang begitu indah, sehingga keindahannya yang luar biasa membuat wisatawan yang berkunjung akan berdecak kagum. Dari puncak gunung penanjakan di ketinggian kurang lebih 2.770 mdpl wisatawan dapat menikmati sunrise ‘matahari terbit’ dengan mendaki gunung Penanjakan yang merupakan gunung tertinggi di kawasan itu dimulainya dari dini hari. 
Kawasan wisata Bromo tidaklah sulit untuk dijangkau para wisatawan, karena mempunyai empat pintu untuk masuk kawasan taman nasional ini, yaitu dari Malang, Pasuruan, Lumajang, dan Probolinggo. Bromo tidak hanya identik dengan lautan pasir, matahari terbit, hawa dingin, upacara kasada dan sebagainya. Ada satu lagi suguhan masyarakat Tengger yang tidak diperhatikan oleh wisatawan, yaitu adanya desa wisata yang terletak di dusun Seruni, Desa Ngadisari, kecamatan Ngadisari, Kabupaten Probolinggo. Banyak sekali yang bisa dinikmati di desa yang sekarang dalam tahap proses pengembangan oleh Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Probolinggo.

Kondisi Historiografis Bromo
Orang-orang suku Tengger dikenal taat dengan aturan dan agama Hindu. Mereka yakin bahwa mereka merupakan keturunan langsung dari Majapahit. Nama Tengger berasal dari kata Legenda Roro Anteng dan Joko Seger yang telah diyakini sebagai asal usul nama Tengger, yaitu "Teng" akhiran nama Roro An-"teng" dan "ger" akhiran nama dari Joko Se-"ger". Bagi suku Tengger, Gunung Brahma (Bromo) dipercaya sebagai gunung suci. Dalam setahun sekali masyarakat Tengger mengadakan upacara adat yaituYadnya Kasada atau Kasodo. Upacara ini bertempat di sebuah pura yang berada di bawah kaki Gunung Bromo utara yakni Pura Luhur Poten Bromo dan dilanjutkan ke puncak gunung Bromo. Upacara tersebut diadakan pada tengah malam hingga dini hari setiap bulan purnama sekitar tanggal 14 atau 15 di bulan kasodo (kesepuluh) menurut penanggalan Jawa.  
Menurut mitos atau legenda yang berkembang di masyarakat suku Tengger, mereka berasal dari keturunan Roro Anteng yang merupakan putri dari Raja Brawijaya dengan Joko Seger putra seorang Brahmana. Nama suku Tengger diambil dari akhiran nama kedua pasang suami istri itu yaitu, “Teng” dari Roro Anteng dan “Ger” dari Joko Seger. Legenda tentang Roro Anteng dan Joko Seger yang berjanji pada Dewa untuk menyerahkan putra bungsu mereka, Raden Kusuma merupakan awal mula terjadinya upacara Kasodo di Tengger. Menurut beberapa ahli sejarah, suku Tengger merupakan penduduk asli orang Jawa yang pada saat itu hidup pada masa kejayaan Majapahit. Saat masuknya Islam di Indonesia (pulau Jawa) saat itu terjadi persinggungan antara Islam dengan kerajaan-kerajaan yang ada di Jawa, salah satunya adalah Majapahit yang merasa terdesak dengan kedatangan pengaruh Islam, kemudian melarikan diri ke wilayah Bali dan pedalaman di sekitar Gunung Bromo dan Semeru. Mereka yang berdiam di sekitar pedalaman Gunung Bromo ini kemudian mendirikan kampung yang namanya diambil dari akhiran nama pemimpin mereka yaitu Roro Anteng dan Joko Seger. 

kondisi ekonomi Desa Ngadisari
            Masyarakat Desa Ngadisari bermata pencaharian sebagai petani kurang dari 5% saja masyarakatnya yang berkerja selain menjadi petani. Dalam kehidupan sehari-hari merkea sangatlah sederhana, rajin dan damai. Ladang mereka berada di lereng-lereng gunung dan juga puncak-puncak yang berbukit-bukit.
            Kebanyakan dari masyarakat memiliki ladang yang jauh dari tempat tinggalnya sehingga harus membuat gubuk-gubuk sederhana di ladanganya untuk beristirahat sementara waktu. Mereka bekerja hingga sore hari di ladanganya. Pada masa kini, masyarakt Tengger di Desa Ngadisari umumnya hidup sebagai petani di ladang. Mereka memiliki prinsip yang kaut dalam pertaniannya, yaitu tidak mau menjual tanah (ladang) mereka pada orang lain.
            Mereka hidup dari bercocok tanam di ladang, dengan pengairan tadah hujan. Pada mulanya mereka menanam jagung sebagai makanan pokok, akan tetapi saat ini sudah berubah. Pada musim hujan mereka menanam sayuran seperti kentang, kubis, bawang prey, dan wortel sebagai tanaman perdagangan. Pada penghujung musim hujan mereka barulah menanam jagung sebagai cadangan makanan pokok.
            Macam hasil pertaniannya adalah kentang, kubis, wortel, tembakau, dan jagung. Untuk pendistribusian hasil pertanian dilaksanakan melalui tengkulak, tengkulak atau pedagang langsung yang menjemput komoditas pertaniannya. Kelebihan penjualan hasil ladang ditabung untuk perbaikan rumah serta untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga lainnya.
            Selain bertani, ada sebagian masyarakat yang berprofesi sebagai pemandu wisata di Bromo. Salah satu cara yang digunakan adalah dengan menawarkan kuda dan jeep yang mereka miliki untuk disewakan kepada wisatawan. Aspek pembangunan yang terlihat adalah pada sektor pariwisata, misalnya dengan pembangunan-pembangunan akses-akses menuju gunung  Bromo agar lebih mudah dijangkau wisatawan. Fasilitas yang dibangun untuk pariwisata misalnya hotel, restoran, cafe, musium, toko aksesoris, warung-warung dan sebagainya.
kondisi sosial Desa Ngadisari
            Masyarakat Indonesia sangatlah multikultural. Berbagai ragam seni dan budaya tersebar di seluruh Indonesia dan dengan penampakan alamnya akan menimbulkan perilau sosial yang berbeda-beda. Demikian pula dengan kehidupan masyarakat suku Tengger di Desa Ngadisari Kecamatan Sukapura yang menjadi objek kajian dalam praktik kuliah lapangan dalam kesempatan ini.
            Kehidupan masyarakat tengger di Desa Ngadisari penuh dengan kedamaian dan kondisi masyarakat yang sangat aman dan rukun. Setiap permasalahan yang terjadi diselesaikan dengan jalan musyawarah yang dipimpin oleh petinggi dan orang-orang berpengaruh lainnya yang secara posisinya sangat dihormati dan dipatuhi oleh masyarakat setempat. Apabila ada pelanggaran yang dilakukan oleh masyarakatnya maka itu cukup diselesaikan oleh petinggi saja. Selain patuh pada adat mereka juga patuh pada peraturan pemerintahan sehingga memperkecil peluang terjadinya konflik.
            Warga Tengger umumnya termasuk di Desa Ngadisari terkenal dengan karakternya, keluhuran budi pekerti dan sikapnya yang sangat sadar hukum. Di daerah ini jarang terjadi tindakan pencurian, pembunuhan ataupun tindakan kriminal lainnya. Kehidupan di Ngadisari sangat harmonis.
            Salah satu aspek yang mendukung tingginya tingkat kerukunan di Desa Ngadisari adalah dasi aspek kepercayaan. Warga Ngadisari yang merupakan suku Tengger tersebut sebagian besar menganut agama Hindu dan sangat taat dengan adat istiadat yang ada. Ketaatan mereka pada Tuhan dan adat yang ada yang juga sangat kental dengan hal-hal yang sifatnya mistis menjadikan karakter mereka sebagai masyarakat yang harmonis sangat kuat.
            Apabila ada warga yang melakukan pelanggaran pada akhirnya akan dibiarkan saja oleh yang lainnya. Tidak akan ditgur atau dinasihati lagi dalam bentuk apapun. Hanya di diamkan saja. Hal itu dikarenakan masyarakat percaya akan adanya hukum karma, Tuhan dan juga makhluk penunggu lainnya yang ada di daerah tersebut yang akan membalas perbuatan atau pelanggaran tersebut.
            Dewasa ini wilayah Desa Ngadisari yang merupakan bagian tak terpisahkan dari Gunung Bromo telah mengalami perkembangan dan kemajuan yang signifikan. Salah satunya adalah dengan dibukawa Bromo menjadi daerah kawasan wisata. Perubahan itu tentunya mengakibatkan berbagai dampak perubahan soaial bagi Desa Ngadisari dan sekitarnya. Adapun dampak perubahan sosial yang terjadi sejauh ini bagi Suku Tengger di Desa Ngadisari bersifat kemajuan, tetapi tidak menutup kemungkinan akan adanya dampak negatif dan merugikan.
            Dengan adanya orang asing (wisatawan) yang masuk ke wilayah Ngadisari tentunya akan mempengaruhi perilaku masyarakat. Penelitian di lapangan menunjukkan bahwa setelah dibukanya Bromo menjadi kawasan wisata, masyarakat semakin rukun dengan adanya kerjasama dalam mata pencaharian yang baru dengan menyewakan kuda tunggungan, mobil jeep, dan juga penginapan.

 
BALI
Kondisi Geografis Bali
Pulau Bali adalah bagian darikepulauan sunda kecil sepanjang 153 km dan selebar 112 km sekitar 3,2 km daripulau Jawa. Secara astronomis, Bali terletak di 8°25′23″ Lintang Selatan dan 115°14′55″ Bujur Timur yang membuatnya beriklim tropis seperti bagian Indonesia yang lainBerdasarkan relief dan topografi, di tengah-tengah Pulau Bali terbentang pegunungan yang memanjang dari barat ke timur dan di antara pegunungan tersebut terdapat gugusan gunung berapi yaitu Gunung Batur dan Gunung Agung serta gunung yang tidak berapi, yaitu Gunung Merbuk, Gunung Patas dan Gunung Seraya. Adanya pegunungan tersebut menyebabkan Daerah Bali secara Geografis terbagi menjadi 2 (dua) bagian yang tidak sama yaitu Bali Utara dengan dataran rendah yang sempit dan kurang landai dan Bali Selatan dengan dataran rendah yang luas dan landai. Kemiringan lahan Pulau Bali terdiri dari lahan datar (0-2%) seluas 122.652 ha, lahan bergelombang (2-15%) seluas 118.339 ha, lahan curam (15-40%) seluas 190.486 ha dan lahan sangat curam (>40%) seluas 132.189 ha. Luas wilayah Provinsi Bali adalah 5.636,66 km2 atau 0,29% luas wilayah Republik Indonesia. Secara administratif Provinsi Bali terbagi atas 9 kabupaten/kota, 55 kecamatan dan 701 desa/kelurahan.
Kondisi Demografis Bali
Penduduk Bali kira-kira sejumlah 4 juta jiwa lebih, dengan mayoritas 92,3% menganut agama hindu. Agama lainnya adalah budha, Islam, protestan dan katolik. Agama Islam adalah agama minoritas terbesar di Bali dengan penganut antara 5-7,2%.
Selain dari sektor pariwisata, penduduk Bali juga hidup dari pertanian dan perikanan, yang paling dikenal dunia dari pertanian di Bali ialah sistem subak. Sebagian juga memilih menjadiseniman. Bahasa  yang digunakan di Bali adalah bahasa Indonesia, Bali, dan Inggris nya bagi yang bekerja di sektor pariwisata.
Bahasa Bali dan Indonesia adalah bahasa yang paling luas pemakaiannya di Bali dan sebagaimana penduduk Indonesia lainnya, sebagian besar masyarakat Bali adalah bilingual atau bahkan trilingual. Meskipun terdapat beberapa dialek dalam bahasa Bali, umumnya masyarakat Bali menggunakan sebentuk bahasa Bali pergaulan sebagai pilihan dalam berkomunikasi. Secara tradisi, penggunaan berbagai dialek bahasa Bali ditentukan berdasarkan sistem catur warna dalam agama hindu dharma dan keanggotan klan (istilah Bali: soroh, gotra); meskipun pelaksanaan tradisi tersebut cenderung berkurang. Di beberapa tempat di Bali, ditemukan sejumlah pemakai bahasa Jawa adalah bahasa ketiga (dan bahasa asing utama) bagi banyak masyarakat Bali yang dipengaruhi oleh kebutuhan yang besar dari industri pariwisata. Para karyawan yang bekerja pada pusat-pusat informasi wisatawan di Bali, sering kali juga memahami beberapa bahasa asing dengan kompetensi yang cukup memadai. Bahasa Jepang juga menjadi prioritas pendidikan di Bali.
Transportasi Bali
Bali tidak memiliki jaringan relkereta api namun jaringan jalan yang ada dipulau ini tergolong sangat baik dibanding daerah-daerah lain di Indonesia, jaringan jalan tersedia dengan baik khususnya ke daerah-daerah tujuan wisatawan yakni legian, kuta, Sanur, Nusa dua, ubud, dll. Sebagian besar penduduk memiliki kendaraan pribadi dan memilih menggunakannya karena moda transportasi umum tidak tersedia dengan baik, kecuali taksi dan angkutan pariwisata. Moda transportasi masal saat ini disiapkan agar Bali mampu memberi kenyamanan lebih terhadap para wisatawan. Baru-baru ini untuk melayani kebutuhan transportasi massal yang layak di pulau Bali diluncurkan Trans Sarbagita (Trans Denpasar, Badung, Gianyar, Tabanan) Menggunakan Bus besar dengan fasilitas AC dan tarif Rp 3.500.
Sampai sekarang, transportasi di Bali umumnya dibangun di Bali bagian selatan sekitar Denpasar, Kuta, Nusa Dua, dan Sanur sedangkan wilayah utara kurang memiliki akomodasi yang baik.
Jenis kendaraan umum di Bali atara lain:
  • Dokar, kendaraan dengan menggunakan kuda sebagai penarik dikenal sebagai delman di tempat lain
  • Ojek, taksi sepeda motor
  • Bemo/ angkot, melayani dalam dan antarkota
  • Bus Trans Sarbagita  ( Koridor 1 < Kota - Garuda Wisnu Kencana (GWK) >) Dan (Koridor 2 < Nusa Dua - Batubulan>)
  • Taksi
  • Komotra, bus yang melayani perjalanan ke kawasan pantai Kuta dan sekitarnya
  • Bus, melayani hubungan antarkota, pedesaan, dan antarprovinsi.
Tanah Lot
Tanah Lot merupakan sebuah objek wisata Bali, Indonesia. di sini ada dua pura di atas batu besar. Satu diatas bongkahan batu dan satunya berada di atas tebing mirip sengan pura uluwatu. Pura Tanah Lot ini merupakan bagian dari pura Dang Kahyangan. Pura Tanah Lot merupakan pura laut tempat pemujaan dewa-dewa penjaga laut.
Obyek wisata tanah lot terletak di Desa Beraban Kecamatan Kediri Kabupaten Tabanan, sekitar 13 km barat Tabanan. Disebelah utara Pura Tanah Lot terdapat sebuah Pura yang terletak di atas tebing yang menjorok ke laut. Tebing ini menghubungkan Pura dengan daratan dan berbentuk seperti jembatan (melengkung). Tanah Lot terkenal sebagai tempat yang indah untuk melihat matahari terbenam (sunset), turis-turis biasanya ramai pada sore hari untuk melihat keindahan sunset di sini.
Pantai Tanjung Benoa
Tanjung Benoa yang terletak di ujung timur "sepatu" pulau Bali, merupakan salah satu tujuan wisata air yang cukup lengkap. Berbagai sarana olahraga air disediakan disini seperti, banana boat, snorkling, flying fish, parasailing dan jetski. Uniknya olahraga surfing yang banyak dijumpai di pantai-pantai lain dari pulau bali, justru tidak tersedia di objek wisata ini, hal ini dikarenakan ombak yang ada dilokasi wisata ini cenderung tenang, sehingga kurang cocok untuk olah raga surfing.
Desa Tenganan
Kondisi Geografis Desa Tenganan.
Desa Tenganan terletak berrdekatan dengan obyek wisata Pantai Candidasa. Candidasa merupakan cerminan pantai Kuta pada beberapa dekade lalu. Kecantikan Pantai Candidasa terus bertahan alami tanpa polesan. Pantai Candidasa menyajikan keunikan hamparan pasir putih sekaligus panai Hitam.
Berbeda dengan dengan pantai Kuta yang sudah didesaki pertokoan, restoran, dan Bar, Candidasa memang masi bernuansa pedesaan. Terletak di desa Sumuh, Desa Bug bug, Karagasem, candidasa bisa ditempuh dua jam perjalanan naik mobil dari Denpasar.
Pola Pemukiman Desa Tenganan
Daerah pemukiman Tenganan dikelilingi oleh tembok. Di sisi tembok sebelah Utara, Selatan, dan Timur terdapat gerbang yang disebut lawangan. Pemukiman Tenganan dibagi menjadi tiga Banjar adat, yaitu Banjar Kauh (barat), Banjar Tengah (Tengah), dan Banjar Kangin (Timur). Banjar Kangin disebut juga Banjar Pande, yang dibagi lagi menjadi dua pemukiman, yaitu : Pande Kaja (Utara/Gunung) dan Pande Kelot (Selatan/Laut). Pada masing-maisng Banjar terdapat dua deretan rumah penduduk, sebelah kiri dan kanan jalan desa (awangan) yang dibangun diatas tanah ulayat desa yang disebut Karang Desa.
Pemukiman di Tenganan menganut pola memusat. Membujur dari arah utara dan semakin merendah ke arah selatan. Masing-masing banjar terdiri dari dua deretan rumah penduduk yang berapat alang-alang dan pintu masuk yang menghadap ke jalan desa. Bangunan adat sebagian besar terletak di tengah-tengah jalan desa. Di atas tanah yang dikelilingi hutan, tertata rapih deretan pemukiman, sawah, dan tempat upacara. Uniknya, seluruh tanah adalah milik adat. Artinya, warga hanya diperkenankan untuk tinggal dan memanfaatkan lahan berdasarkan kesepakatan adat dan awig-awig–kitab peraturan adat. Untuk menggunakan rumah dan mengambil hasil hutan akan diputuskan melalui kraman desa atau rapat kolektif para pemimpin desa. Meski begitu, barang pribadi bukannya tidak direstui di desa ini. Ruang pribadi diberikan pada benda-benda di atas tanah, pohon-pohon yang ditanam, dan rumah beserta isinya.
Rumah adat Tenganan dibangun dari campuran batu merah, batu sungai, dan tanah. Sementara atapnya terbuat dari tumpukan daun rumbi. Rumah adat yang ada memiliki bentuk dan ukuran yang relatif sama, dengan ciri khas berupa pintu masuk yang lebarnya hanya berukuran satu orang dewasa. Ciri lain adalah bagian atas pintu terlihat menyatu dengan atap rumah.
Tradisi Desa Tenganan
Tenganan memang menyimpan keunikan sendiri. Desa ini berbeda dengan desa lain di Bali karena mewarisi adat istiadat Bali Aga ( pra hindu). Mereka menyatakan diri sebagai penghuni asli pulau Bali. Desa  lain di Bali yang termasuk Bali Aga antara lain Trunyan, Sembiran, Cempaga, Sidetapa, Pendawa, dan Tigawasa. Penduduk Bali Aga sudah mendiami Bali sebelum pengaruh kerajaan Majapahit meluas ke arah timur sekitar abad ke 14. Puluhan bocah Tenganan segera membaur di balai desa ketika rombonga wisatawan berdatangan ke desa yang telah menjadi destinasi wisata tersebut.
Warga negara menyuguhi tamu dengan sajian tari Bali dan sate lilit khas Bali yang super pedas. Kepala desa Tenganan I Putu Suarjana menjelaskan bahwa sejarah desa Bali Aga Tenganan yang sudah ada sejak abad ke 11. Komunitas ini berbeda dengan mayoritas masyarakat Hindu Bali karena hampir tidak mengenal strata kelas sosial. Warga biasanya hanya menikah dengan sesama warga Tenganan. Prosesi pemakaman warga Tenganan juga unik karena jasad mereka dikubur tanpa pakaian dengan posisi telungkup menghadap ke arah laut. Di daerah ini juga tidak dikenal ngaben atau kremasi jenazah sebgaimana umumnya dilakukan di Bali daratan.
Kelian Adat desa Tenganan I Ketut Sudiastika mengatakan bahwa seluruh kehidupan warga Tenganan dilingkupi dengan upacara keagamaan yang harus dipatuhi dari sejak masih dalam kandungan yaitu anting-anting menjadi salah satu ciri khas pria dari desa Tenganan. Lubang untuk menyagkutkan anting di telinga bayi dibuat dengan ritual khusus. Biasanya, bayi-bayi lelaki harus sudah dilubangi telinganya dengan usia tiga bulan.
Menurut Sudiastika, lubang itu dibuat dengan jepretan buah kolang kaling yang dipotong berbentuk cincin. Susiastika menyatakan bahwa pohon kolang kaling merupakan simbol kekuatan. Lubang anting-anting di dua telinga ini menjadi simbol identitas masyarakat Tenganan. Tiga hari setelah dijepret, lubang telah tebentuk sempurna. Bayi-bayi mungil itu lantas siap memakai anting. Setelah dewasa, kaum pria dari desa Tenganan wajib menghiasi diri dengan anting daun pisang ketika digelar upacara keagamaan.
Bagi warga Tenganan, hidup memang seperti menjadi rangkaian drai upacara ke upacara. Setelah akil baligh, mereka harus dikarantina selama satu tahun untuk mempelajari adat istiadat warisan leluhur. Generasi muda Tenganan itulantas diajak berkeliling desa untuk mengenali batas wilayah.
Tradisi menulis awig atau aturan adat hingga tulisan epos Ramayana dan Mahabarata diatas daun lontar pun tetap dipertahankan. Cara paling populer mempertahankannya dengan menggambar dan menuliskannya dalam bentuk souvenir untuk para turis.
Desa Tenganan biasanya ramai dikunjungi turis ketika digelar ritual perang pandan yang berlangsung 30 hari di bulan Juni. Sudah menjadi tradisi bagi masyarakat adat Desa Tenganan, kabupaten Karangasem, Bali menggelar tradisi “perang Pandan”. Perang Pandan merupakan tradisi tahunan yang digelar dalam rangka upacara Ngusaba Desa, di desa adat Tenganan sekitar 78 kilometer timur laut, kota Denpasar.
Perang Pandan diiringi oleh musik tradisional Bali sebagai penyemangat karena semakin keras suara Gamelan maka semakin semangat untuk menyerang lawan. Disamping itu juga perang ini diiringi lagu atau gending yang disebut dengan mekara-kara. Dalam perang Pandan ini setiap pertandingan dipimpin oleh seorang wasit yang bertugas untuk memimpin pertandingan tersebut. Setiap orang akan membawa satu ikat daun pandan berduru yang rata-rata yang rata-rata terdiri dari 20 batang daun. Disamping itu setiap orangpun akan membawa tameng yang etrbuat dari pohon ate yang dapat berfungsi untuk melindungi dari serangan musuh.
Bisa dibayangkan jika kulit tersebut kena pandan yang berduri,pasti akan keluar darah, tetapi meskipun demikian, mereka tetap saja berperang sebelum ada aba-aba berhenti. Mereka akan saling dorong dan saling berusaha untuk dapat menyentuh lawan dengan pandan berduru tersebut. Setelah perang usai, yang tertinggal hanyalah korban yang bersimbah darah, tetapi sama sekali peristiwa ini tidak meninggalkan kesan permusuhan, malah masin-masing lawan saling membantu untuk memberi obat yang berupa daun sirih dan kunyit yang dibalurkan oleh tubuh yang terluka.
Kondisi Ekonomi Desa Tenganan
Pada umumnya, penduduk desa Tenganan bekerja sebagai petani padi, namun ada juga yang membuat berbagai aneka macam kerajinan. Beberapa kerajinan khas desa Tenganan adalah anyaman bambu, ukiran dan lukisan diatas daun lontar yang telah dibakar. Di desa ini pengunjung bisa menyaksikan bangunan-bangunan desa Tenganan juga telah dikenal atas keahliannya dalam menenun kain gringsing. Cara pengerjaan kain gringsing ini disebut dengan teknikdobel ikat. Teknik tersebut merupakan satu-satunya di Indonesia dan kain gringsing yang dihasilkan terkenal istimewa hingga ke mancanegara. Penduduk Tenganan masih menggunakan sistem barter dalam kehidupan sehari-harinya.
Kondisi Sosiologis Desa Tenganan
Demi menjaga kemurnian dari warisan nenek moyangnya, masyarakat Desa Tenganan sulit untuk menerima adanya pendidikan. Masyarakat Desa Tenganan bahkan baru mengecap pendidikan dalam beberapa tahun belakangan ini. Atas usaha keras masyarakat Desa Tenganan menjaga segala sesatu dalam Desa Tenganan agar tetap terjaga. Melahirkan berbagai keunikan yang dimiliki desa Tenganan yang tidak dimiliki oleh desa-desa lainnya di Indonesia antara lain:
  1. Pola kehidupan masyarakat perkampungan yang seragam dan bersifat linear.
  2. Struktur masyarakat yang bilateral yang berorientasi pada kolektif dan senioritas.
  3. Sistem ritual khusus dalam frekuensi yang tinggi dengan menyungguhkan perpaduan agama, seni dan solidaritas sosial.
  4. Tradisi mekare-kare setiap bulan Juni yaitu tradisi perang pandan dalam kontek ritual, nilai religius, semangat perjuangan dan uji ketangguhan fisik yang diiringi oleh gambelan tradisional selonding.
  5. Seni kerajinan tenun ikat kain geringsing dengan desain dan tata warna khas, serta memiliki bentuk, fungsi dan makna estetis yang tinggi. Kain ini dipakai pada waktu upacara dimana dipercaya dengan memakai kain ini akan terhindar dari penyakit. Kata Geringsing sendiri berasal dari bahasa Bali yaitu “gering” yang berarti penyakit keras dan “sing” berarti tidak.
Masyarakat dan kebudayaan Tenganan merupakan tempat yang kaya bagi kajian ilmu antropologi, arkeologi, hukum adat sejarah dan sastra. Oleh karena itu mengundang banyak orang untuk tahu lebih banyak tentang Desa Tenganan. Seorang peneliti dari Swiss pernah membuat buku Republic of Tenganan setelah meneliti dan melihat kondisi Desa Adat Tenganan.
Dalam Desa Tenganan terdapat perangkat desa yang dipimpin oleh seorang Kepala Desa. Jam kerja Desa Tenganan adalah lima hari yaitu :
  • Senin memakai seragam LINMAS
  • Selasa dan Rabu memakai seragam coklat
  • Kamis memakai batik
  • Jumat memakai batik
Sejak adanya Desa Tenganan, masyarakat tidak mengenal adanya sistem pendidikan formal. Pada awalnya masyarakat Desa Tenganan hanya mengenal sistem pendidikan adat saja. Hal ini disebabkan keinginan mereka untuk menjaga segala kemurnian kultur dan adat istiadatnya.
Tatanan hukum dari Desa Tenganan sendiri mensejajarkan antara hukum adat dan hukum positif. Meskipun hukum adat cenderung lebih diutamakan. Tenganan memiliki sebuah konstitusi yang mengatur mengenai segala hal yang ada dalam yurisdiksi dari Desa Tenganan. Konsitusi ini berupa regulasi yang membatasi setiap tingkah laku masyarakat Desa Tenganan. Konstitusi dan sistem pemerintahan Desa Adat Tenganan lahir jauh sebelum Indonesia merdeka. Hal tersebut bisa terjadi karena konstitusi dan sistem pemerintahan Desa Adat Tenganan tersebut berasal dari hukum adat. Hukum adat yang merupakan salah satu sumber hukum positif Indonesia.

Perkawinan adalah salah satu bagian penting yang diatur dalam konstitusi dari Desa Tenganan. Masyarakat adat Desa Tenganan menjalin hubungan perkawinan hanya dengan sesama masyarakat adat desa itu sendiri. Perkawinannya tidak mengenal adanya poligami maupun poliandri. Apabila salah satu wanita anggota masyarakat Desa Tenganan mengikat perwakinan dengan pria luar Desa Adat Tenganan maka hak dan kewajibannya akan dicabut dan harus meninggalkan desa. Sedangkan, apabila seoarang pria anggota masyarakat dari Desa Adat Tenganan menikah dengan wanita dari luar Desa Adat Tenganan maka sebelumnya harus menyamakan agamanya terlebih dahulu. Bila menyamakan agama dengan pria Tenganan maka mereka bisa tetap tinggal di Tenganan. Namun pasangan tersebut dan keturunannya tidak bisa menjadi legislatif desa. Namun bila menyamakan agama dengan wanita luar Desa Adat Tenganan tersebut maka pasangan tersebut harus meninggalkan Desa Adat Tenganan.
Sistem perkawinan dari Desa Adat Tenganan tidak memperbolehkan untuk pernikahan dengan sepupu. Sistem perkawinan masyarakat Tenganan ada tiga yaitu :
  1. Kawin paksa yang dilakukan sepanjang pria dan wanitanya saling menyukai. Namun saat ini kawin paksa tidak dilakukan lagi oleh masyarakat Tenganan.
  2. Kawin pinak yaitu perkawinan yang dilakukan karena keinginan dari orangtua.
  3. Perkawinan yang pada awalnya orangtua tidak setuju. Namun kemudian orantua pihak pria dan wanita menyetujuinya.
Dalam hal terjadinya tindak pidana yang dilakukan oleh anggota masyarakat Tenganan di daerah Desa Adat Tenganan. Maka akan dikenakan sanksi sesuai dengan tindak pidana yang dilakukan. Sanksi yang dikenakan diberatkan pada sanksi moral. Sanksi lain yang dikenakan berupa denda dalam kisaran ribuan rupiah. Karena sanksi denda yang terbilang ringan untuk dipenuhi. Maka sanksi moral yang menjadi momok untuk setiap calon pelaku kejahatan di Desa Adat Tenganan. Meski tidak ada hukuman penjara, hukuman denda yang besar bahkan hukuman mati. Faktanya masyarakat Desa Adat Tenganan sangat saat terhadap regulasi yang berlaku. Hal ini terbukti dengan pengakuan Persatuan bang Bangsa (PBB) terhadap aturan adat Tenganan. Pengakuan tersebut itu adalah dengan menjadikan Desa Adat Tenganan sebagai contoh pencegahan global warming. Pengakuan tersebut memang layak diberikan kepada Desa Adat Tenganan. Karena hanya untuk menebang sebuah pohon saja memerlukan proses yang panjang. Mulai dari izin, tergantung pada situasi dan kondisi, upacara hingga penggantian pohon. Penebangan pohon liar maka dari hukum adat akan dikenakan sanksi sesuai dengan 2 (dua) kali lipat pohon yang ditebang. Oleh karena kepedulian besar masyarakat Tenganan atas lingkungan. Pembangunan di Tenganan banyak mendapat bantuan dari Nasional dan Internasional.
Tingginya tingkat ketaatan dan sadar hukum masyarakat Tenganan atas hukum adat bisa menjadi contoh untuk penegakan hukum positif di Indonesia. Sebab fakta membuktikan sanksi berat tidak menjadi tolak ukur tingginya ketaatan masyarakat. Aturan adat Desa Adat Tenganan mengikat kepada masyarakatnya karena tingginya perhatian Desa Adat Tenganan pada masyarakat adat. Faktor lain yang mempengaruhi ketaatan dan sadar hukum masyarakat Desa Adat Tenganan adalah setiap kesalahan dalam adat selalu berbeda-beda dan sesuai dengan kesalahan dan posisinya dalam adat yang melakukan kesalahan. Sanksi yang diberikan kepada tokoh adat lebih berat daripada masyarakat adat biasa. Tingginya perhatian desa adat terhadap masyarakat yang menjadi alasan besar mengapa konstitusi dan sistem pemerintahan Desa Adat Tenganan tetap eksis sampai saat ini. Masyarakat adat Tenganan tetap mau menjalankan setiap hal yang diatur dalam regulasi dan sistem pemerintahan Desa Adat Tenganan karena adanya hubungan mutualisme antara masyarakat dengan konstitusi, sistem pemerintahan dan pemerintah adat Desa Adat Tenganan itu sendiri. Pasal 18B ayat (2) UUD NRI 1945 juga menjadi faktor konstitusi dan sistem pemerintahan hukum adat Tenganan tetap eksis yang mengatur bahwa “Negara mengakui dan menghormati kesatuan-kesatuan masyarakat hukum adat beserta hak-hak tradisionalnya sepanjang masih hidup dan sesuai dengan perkembangan masyarakat dan prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia yang diatur dalam undang-undang”
Desa Adat Tenganan memiliki regulasi yang mengatur berbagai aspek di desa ini jauh sebelum Indonesia merdeka. Regulasi di Desa Adat Tenganan ini atau yang disebut sebagai konsitusi di tingkat nasional benar-benar murni lahir dari bumi Tenganan sendiri. Konstitusi tersebut mengatur lebih mendalam tatanan masyarakat dan pemerintahan di Tenganan. Konstitusi Desa Adat Tenganan mengatur berbagai aspek termasuk dalam hal aspek hukum. Selain hukum yang mengatur mengenai pemidanaan. Konstitusi Tenganan juga mengatur mengenai hukum waris. Dalam waris Desa Adat Tenganan, kedudukan pria dan wanita adalah sama. Dimana yang diwariskan atau dibagikan adalah hasil dari bumi Tenganan.
Tenganan sebagai sebuah Desa Adat yang sangat menjaga kulturnya masih tetap menjalankan upacara-upacara adat. Selalu akan ada upacara adat yang mana setiap keadaan akan sama dengan keadaan sebelumnya. Adapun upacara-upacara adat yang dilakukan di Desa Adat Tenganan beberapa diantaranya adalah :
  1. Upacara kelahiran dewa yang dilakukan pada bulan 1
  2. Upacara dewa mendekati usia balita yang dilakukan pada bulan 2
  3. Upacara dewa balita yang dilakukan pada bulan 3
  4. Upacara dewa mendekati usia dewasa yang dilakukan pada bulan 4
  5. Upacara dewa dewasa yang dilakukan pada bulan 5
  6. Upacara lansia yang dilakukan pada bulan 12
Pada saat upacara dilakukan tentu ada perhiasan dan pakaian adat yang harus dipakai. Perhiasan laki-laki adalah daun pisang yang digulung kecil dan dimasukkan ke lobang telinga. Daun telinga yang dilobangi dengan kolang-kaling sejak kecil.
Konstitusi Desa Adat Tenganan bahkan mengatur mengenai pembuatan rumah penduduk. Di Desa Adat Tenganan rumah tidak diperbolehkan memiliki tingkat dua serta tidak boleh memiliki lebih dari empat ruang. Dimana harus ada ruang depan yang merupakan ruang sakral atau suci, ruang kelahiran/kematian, tempat kawin baru dan kemudian ruang dapur.
Desa Adat Tenganan merupakan penduduk asli Bali memiliki tiga landasan hubungan yang menjadi acuan masyarakat dalam bertingkah laku dimasyarakat. Baik masyarakat Tenganan pada khususnya maupun masyakat luar Tenganan pada umumnya. Adapun tiga hubungan dalam Desa Adat Tenganan adalah :
1.      Hubungan dengan Tuhan

Hal ini diaplikasikan dalam upacara adat
  1. Hubungan dengan manusia
Hubungan ini terlihat dengan adanya budaya gotongroyong.
  1. Hubungan dengan alam
Hal ini terlihat sangat jelas dari cara masyarakat Tenganan begitu menjaga kelestarian dari alam Tenganan.
Satu hal lagi yang sangat unik dengan Desa Adat Tenganan adalah jam kantor adatnya yaitu pukul 08:30 WITA. Jika ada yang ingin melakukan sesuatu berhubungan dengan adat misalnya ingin menebang pohon. Selain harus izin dengan pemilik pohon maka calon penebang harus meminta izin terlebih dahulu dari desa adat.
Pantai Kuta
Pantai Kuta adalah sebuah tempat pariwisata yang terletak di sebelah selatanDenpasar, ibukota Bali, Indonesia. Kuta terletak di Kabupaten Badung. Daerah ini merupakan sebuah tujuan wisata turis mancanegara, dan telah menjadi objek wisata andalan Pulau Bali sejak awal 70-an. Pantai Kuta sering pula disebut sebagai pantai matahari terbenam (sunset beach) sebagai lawan dari pantai Sanur.
Sebelum menjadi objek wisata, Kuta merupakan sebuah pelabuhan dagang. Di mana produk dari lokal diperdagangkan kepada pembeli dari luar Bali. Pada abad ke-19, Mads Lange, seorang pedagang Denmark, datang ke Bali dan mendirikan basis perdagangan di Kuta. Keahliannya dalam bernegosiasi, membuat Mads Lange sebagai pedagang yang terkenal antara raja-raja Bali dengan Belanda.
Di Kuta terdapat banyak pertokoan, restoran dan tempat permandian serta menjemur diri. Selain keindahan pantainya, pantai Kuta juga menawarkan berbagai macam jenis hiburan lain misalnya bar dan restoran di sepanjang pantai menuju pantai Legian. Rosovivo, Ocean Beach Club, Kamasutra, adalah beberapa club paling ramai di sepanjang pantai Kuta.
Pantai ini juga memiliki ombak yang cukup bagus oleh olahraga selancar, terutama bagi peselancar pemula. Lapangan Udara I Gusti Ngurah Rai terletak tidak jauh dari kuta.
 Pusat Perbelanjaan Sukawati
Pasar Seni Sukawati merupakan salah satu pasar tradisional di Bali yang terletak di Desa Sukawati, Gianyar Bali. Pasar ini telah ada sejak tahun 1980-an. Pasar tradisional ini dikenal sebagai pusat belanja barang oleh-oleh dan souvenir khas Bali. Bila di Jogja kita telah menemukan Pasar Beringin Harjo di Kawasan Malioboro, maka saat ke Bali kita akan menemukan Pasar Seni Sukawati sebagai pusat oleh-oleh dan souvenir khas Bali. Beberapa jenis oleh-oleh yang bisa kita temukan di sini diantaranya adalah gantungan kunci, aksesoris, kaos barong, tas, lukisan, lilin aroma terapi, aneka patung kayu khas Bali, berbagai bed cover, berbagai peralatan rumah tangga, pakaian khas Bali dan sebagainya yang semunya berlabel Bali. Singkat kata, pasar tradisional ini menjadi syurga belanja yang mengasyikkan terutama bagi mereka para penggila belanja.
Joger
Joger dulunya hanya sebuah galeri yang menjual berbagai barang seni dan batik. Tapi, kini Joger telah menjadi sebuah toko oleh-oleh yang menjadi destinasi belanja traveler saat melancong ke Bali. Nama Joger diambil dari nama pemiliknya sendiri yaitu bapak Joseph Theodorus Wulianadi yang digabung dengan nama sahabatnya Bapak Gerard. Sahabatnya ini sangat berjasa dalam merintis usaha pabrik kata kata ini. Awalnya dibuka di alamat Jalan Sulawesi no 37 Denpasar, namun sejak tanggal 7 Juli 1987 toko ini pindah ke tempatnya sekarang di alamat Jalan Raya Kuta sebelah supermarket Supernova.
Ketika memasuki pintu outlet ini, setiap pengunjung akan disapa dengan ramah dan akan ditempeli stiker sebagai tanda masuk. Ada ruangan yang khusus memajang koleksi T-shirt, ruangan khusus souvenir seperti mug, sandal, gantungan kunci dan jam terbalik. Joger Bali hanya satu-satunya tempat di Indonesia yang menjual jam terbalik dan merupakan ciri khas oleh-oleh Joger Bali. Ada juga ruangan di pojok yang menawarkan souvenir berupa guci dan pernak-pernik lainnya.
Pantai Bedugul
Bedugul terletak di Kecamatan Baturiti, Kabupaten Tabanan Bali. Jaraknya sekitar 62,6 km atau sekitar 1 jam 14 menit dari Bandara International Ngurah Rai dan 40 km dari Kota Singaraja lewat perjalanan darat. Tempat wisata di Bali ini menawarkan, keindahan pemandangan alam daerah pegunungan dan danau. Terletak pada ketinggian 1240 meter dari permukaan laut, dengan temperatur rata-rata 18 Celcius pada malam hari dan 24 Celcius pada siang hari. Tempatnya yang tinggi membuat obyek wisata ini selalu berhawa dingin dan berkabut. Kebun Raya Bedugul me Obyek wisata yang letaknya berdampingan dengan Kebun Raya Bedugul, adalah Danau Beratan. Merupakan wilayah Desa Candi Kuning , Kecamatan Baturiti kabupaten Tabanan. Cuaca yang sejuk di siang hari dapat dinikmati dengan menyewa kapal boat atau sampan untuk mengelilingi danau. Di tengah danau terdapat subuah pura yang disebut Pura Ulun Danu tempat pemujaan Sang Hyang Dewi Danu sebagai pemberi kesuburan.
Di sepanjang jalan menuju Kebun Raya Bedugul dan Danau Beratan, banyak dibangun penginapan dan restoran. Restoran tersebut menyediakan menu masakan Indonesia, seafood dan menu International. Harganya pun bervariasi. Pedagang- pedagang makanan kecil dan pedagang acung juga terdapat di pinggir jalan di tepi danau. Obyek wisata ini sangat cocok bagi keluarga dan pasangan yang ingin berlibur ke Bali.
Pantai Lovina
Pantai Lovina atau Lovina terletak sekitar 9 Km sebelah barat kota Singaraja, ini merupakan salah satu obyek wisata yang ada di Bali Utara. Wisatawan baik asing maupun lokal banyak yang berkunjung ke sana, selain untuk melihat pantainya yang masih alami, juga untuk melihat ikan lumba-lumba yang banyak terdapat di pantai ini. Dengan menyewa perahu nelayan setempat, kita dapat mendekati lumba-lumba.

KESIMPULAN 

 Masjid Demak merupakan masjid tertua di Indonesia. Secara geografis masjid agung Demak berada di desa Kauman, kecamatan Demak kota, kabupaten Demak Kota, Jawa Tengah. Di dalam masjid Demak terdapat sebuah museum. Museum ini menyimpan berbagai barang peninggalan Masjid Agung Demak.
Keterangan koleksi-koleksi tersebut di atas :
Pintu Bledeg
Dampar Kencana,


Surya Majapahit.                                                                                                    
Dampar Kencana, 
Maksurah 
 Suku Tengger adalah sebuah suku yang tinggal di sekitar Gunung Bromo, Jawa Timur, yakni menempati sebagian wilayah Kabupaten Pasuruan, Lumajang, Probolinggo, dan Malang. 
 Suku bangsa Tengger berdiam disekitar kawasan di pedalaman gunung Bromo yang terletak di kabupaten Probolinggo, Jawa Timur. Berdasarkan persebaran bahasa dan pola kehidupan sosial masyarakat, daerah persebaran suku Tengger adalah disekitar Probolinggo, Lumajang, (Ranupane kecamatan Senduro), Malang (desa Ngadas kecamatan Poncokusumo), dan Pasuruan. Sementara pusat kebudayaan aslinya adalah di sekitar pedalaman kaki gunung Bromo. Bromo terkenal sebagai ikon wisata gunung api (aktif) di Jawa Timur. Gunung ini memang tidak sebesar gunung api lainnya di Indonesia, namun Bromo memiliki pemandangan yang begitu indah, sehingga keindahannya yang luar biasa membuat wisatawan yang berkunjung akan berdecak kagum. Dari puncak gunung penanjakan di ketinggian kurang lebih 2.770 mdpl wisatawan dapat menikmati sunrise ‘matahari terbit’ dengan mendaki gunung Penanjakan yang merupakan gunung tertinggi di kawasan itu dimulainya dari dini hari. 
 Pulau Bali adalah bagian darikepulauan sunda kecil sepanjang 153 km dan selebar 112 km sekitar 3,2 km daripulau Jawa. Secara astronomis, Bali terletak di 8°25′23″ Lintang Selatan dan 115°14′55″ Bujur Timur yang membuatnya beriklim tropis seperti bagian Indonesia yang lainBerdasarkan relief dan topografi, di tengah-tengah Pulau Bali terbentang pegunungan yang memanjang dari barat ke timur dan di antara pegunungan tersebut terdapat gugusan gunung berapi yaitu Gunung Batur dan Gunung Agung serta gunung yang tidak berapi, yaitu Gunung Merbuk, Gunung Patas dan Gunung Seraya. tempat- tempat wisata yang ada di pulau Bali antara lain adalah :
Pantai Kuta
Pusat Perbelanjaan Sukawat
 Joger
Pantai Bedugul
Pantai Lovina