Jumat, 12 Juli 2013

Kebudayaan Dalam masa Era Modernisasi



Konkret

Budaya secara harfiah berasal dari Bahasa Latin yaitu Colere yang memiliki arti mengerjakan tanah, mengolah, memelihara ladang (menurut Soerjanto Poespowardojo 1993). Selain itu Budaya atau kebudayaan berasal daribahasa Sansekerta yaitu buddhayah, yang merupakan bentuk jamak dari buddhi (budi atau akal) diartikan sebagai hal-hal yang berkaitan dengan budi dan akal manusia. Adapun menurut istilah Kebudayaan merupakan suatu yang agung dan mahal, tentu saja karena ia tercipta dari hasil rasa, karya, karsa,dan cipta manusia yang kesemuanya merupakan sifat yang hanya ada pada manusia.Tak ada mahluk lain yang memiliki anugrah itu sehingga ia merupakan sesuatuyang agung dan mahal.

Kata Kunci : budaya, kebudayaan, budi dan akal manusia, rasa, karya, karsa dan cipta, sifat.



 Pendahuluan
 Budaya adalah suatu cara hidup yang berkembang dan dimiliki bersama oleh sebuah kelompok orang dan diwariskan dari generasi ke generasi. Budaya terbentuk dari banyak unsur yang rumit, termasuk sistem agama dan politik, adat istiadat, bahasa, perkakas, pakaian, bangunan, dan karya seni. Bahasa, sebagaimana juga budaya, merupakan bagian tak terpisahkan dari diri manusia sehingga banyak orang cenderung menganggapnya diwariskan secara genetis. Ketika seseorang berusaha berkomunikasi dengan orang-orang yang berbada budaya dan menyesuiakan perbedaan-perbedaannya, membuktikan bahwa kebudayaan itu dipelajari.
Beberapa alasan mengapa orang mengalami kesulitan ketika berkomunikasi dengan orang dari budaya lain terlihat dalam definisi budaya: Budaya adalah suatu perangkat rumit nilai-nilai yang dipolarisasikan oleh suatu citra yang mengandung pandangan atas keistimewaannya sendiri.”Citra yang memaksa” itu mengambil bentuk-bentuk berbeda dalam berbagai budaya seperti “individualisme kasar” di Amerika, “keselarasan individu dengan alam” di Jepang dan “kepatuhan kolektif” di Cina. Citra budaya yang brsifat memaksa tersebut membekali anggota-anggotanya dengan pedoman mengenai perilaku yang layak dan menetapkan dunia makna dan nilai logis yang dapat dipinjam anggota-anggotanya yang paling bersahaja untuk memperoleh rasa bermartabat dan pertalian dengan hidup mereka. Dengan demikian, budayalah yang menyediakan suatu kerangka yang koheren untuk mengorganisasikan aktivitas seseorang dan memungkinkannya meramalkan perilaku orang lain.
             Sedangkan Kebudayaan sangat erat hubungannya dengan masyarakat. Melville J. Herskovits dan Bronislaw Malinowski mengemukakan bahwa segala sesuatu yang terdapat dalam masyarakat ditentukan oleh kebudayaan yang dimiliki oleh masyarakat itu sendiri. Istilah untuk pendapat itu adalah Cultural-Determinism.
Herskovits memandang kebudayaan sebagai sesuatu yang turun temurun dari satu generasi ke generasi yang lain, yang kemudian disebut sebagai superorganic. Menurut Andreas Eppink, kebudayaan mengandung keseluruhan pengertian nilai sosial,norma sosial, ilmu pengetahuan serta keseluruhan struktur-struktur sosial, religius, dan lain-lain, tambahan lagi segala pernyataan intelektual dan artistik yang menjadi ciri khas suatu masyarakat.
Menurut Edward Burnett Tylor, kebudayaan merupakan keseluruhan yang kompleks, yang di dalamnya terkandung pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum,
adat istiadat, dan kemampuan-kemampuan lain yang didapat seseorang sebagai anggota masyarakat.
Menurut Selo Soemardjan dan Soelaiman Soemardi, kebudayaan adalah sarana dan Selo Soemardi, kebudayaan adalah sarana hasil karya, rasa, dan cipta masyarakat.
Dari berbagai definisi tersebut, dapat diperoleh pengertian mengenai kebudayaan adalah sesuatu yang akan mempengaruhi tingkat pengetahuan dan meliputi sistem ide atau gagasan yang terdapat dalam pikiran manusia, sehingga dalam kehidupan sehari-hari, kebudayaan itu bersifat abstrak. Sedangkan perwujudan kebudayaan adalah benda-benda yang diciptakan oleh manusia sebagai makhluk yang berbudaya, berupa perilaku dan benda-benda yang bersifat nyata, misalnya pola-pola perilaku, bahasa, peralatan hidup, organisasi sosial, religi, seni, dan lain-lain, yang kesemuanya ditujukan untuk membantu manusia dalam melangsungkan kehidupan bermasyarakat.  
Unsur-unsur kebudayaan

 Pembahasan
Kondisi Indonesia masa kini
Menurut saya kondisi kehidupan masyarakat Indonesia zaman sekarang telah banyak mengalami perubahan terutama dalam perilaku sosialnya. Hal ini salah satunya disebabkan karena modernisasi.
Selain itu penyebab lainnya yaitu masuknya budaya asing ke Indonesia. Masuknya budaya asing ke indonesia disebabkan salah satunya karena adanya krisis globalisasi yang meracuni indonesia. Pengaruh tersebut berjalan sangat cepat dan menyangkut berbagai bidang kehidupan. Tentu saja pengaruh tersebut akan menghasilkan dampak yang sangat luas pada sistem kebudayaan masyarakat. Begitu cepatnya pengaruh budaya asing tersebut menyebabkan terjadinya goncangan budaya(culture shock), yaitu suatu keadaan dimana masyarakat tidak mampu menahan berbagai pengaruh  kebudayaan yang datang dari luar sehingga terjadi ketidakseimbangan dalam kehidupan masyarakat yang bersangkutan.
Adanya penyerapan unsur budaya luar yang di lakukan secara cepat dan tidak melalui suatu proses internalisasi yang mendalam dapat menyebabkan terjadinya ketimpangan antara wujud yang di tampilkan dan nilai-nilai yang menjadi landasannya atau yang biasa disebut ketimpanganbudaya.
Teknologi yang berkembang pada era globasisasi ini mempengaruhi karakter sosial dan budaya dari lingkungan sosial.
Dampak positif teknologi modernisasi adalah sebagai berikut.
·      Perubahan Tata Nilai dan Sikap
Adanya modernisasi dalam zaman sekarang ini bisa dilihat dari cara berpikir masyarakat yang rasional dan irasional
·      Berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi.
Dengan berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi masyarakat menjadi lebih mudah dalam beraktivitas dan mendorong untuk berpikir lebih maju, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi pula yang membentuk masa modernisasi yang terus kian berkembang dan maju di waktu sekarang ini.
·      Tingkat Kehidupan yang lebih Baik
Dengan berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi masyarakat menjadi lebih mudah dalam beraktivitas dan mendorong untuk berpikir lebih maju, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi pula yang membentuk masa modernisasi yang terus kian berkembang dan maju di waktu sekarang ini.
Dampak negatif teknologi modernisasi adalah sebagai berikut.
·      Pola Hidup Konsumtif
Perkembangan teknologi industri yang sudah modern dan semakin pesat membuat penyediaan barang kebutuhan masyarakat melimpah. Dengan begitu masyarakat mudah tertarik untuk menkonsumsi barang dengan banyak pilihan yang ada, sesuai dengan kebutuhan masing - masing.
·      Sikap Individualistik
Masyarakat merasa dimudahkan dengan teknologi maju membuat mereka merasa tidak lagi membutuhkan orang lain dalam beraktivitas. Padahal manusia diciptakan sebagai makhluk sosial.
·      Gaya Hidup Kebarat-baratan
Tidak semua budaya Barat baik dan cocok diterapkan di Indonesia. Budaya negatif yang mulai menggeser budaya asli adalah anak tidak lagi hormat kepada orang tua, kehidupan bebas remaja, dan lain-lain.
·      Kesenjangan Sosial
Apabila dalam suatu komunitas masyarakat hanya ada beberapa individu yang dapat mengikuti arus modernisasi dan globalisasi maka akan memperdalam jurang pemisah antara individu dengan individu lainnya. Dengan kata lain individu yang dapat terus mengikuti perkembangan jaman memiliki kesenjangan tersendiri terhadap individu yang tidak dapat mengikuti suatu proses modernisasi tersebut. Hal ini dapat menimbulkan kesenjangan sosial antara individu satu dengan lainnya, yang bisa disangkutkan sebagai sikap individualistik.
·      Kriminalitas
Kriminalitas sering terjadi di kota-kota besar karena menipisnya rasa kekeluargaan, sikap yang individualisme, adanya tingkat persaingan yang tinggi dan pola hidup yang konsumtif.
·      Kenakalan Remaja
Kenakalan remaja adalah penyimpangan perilaku yang dilakukan generasi muda (sekelompok remaja). Misalnya tawuran, perusakan barang milik masyarakat, penyimpangan seksual, dan penyalahgunaan narkotika serta obat-obatan terlarang. Kenakalan remaja dapat disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu faktor eksternal dan internal. 
1.    Faktor internal yaitu faktor yang berasal dari remaja atau keadaan  pribadi itu sendiri.  Misalnya, pembawaan sikap negatif dan suka dikendalikan yang juga mengarah pada perbuatan nakal. Selain itu,  kenakalan remaja dapat disebabkan karena adanya pemenuhan kebutuhan pokok yang tidak seimbang dengan keinginan remaja sehingga menimbulkan konflik pada dirinya dan kurang mampunya si remaja itu menyesuaikan diri dengan lingkungan.
2.     Faktor eksternal, yaitu faktor yang berasal dari luar diri remaja itu artinya, berasal dari lingkungan hidup remaja tersebut. Misalnya kehidupan keluarga, pendidikan di sekolah, pergaulan, dan media massa. Seseorangyang hidup dalam keluarga yang tidak harmonis cenderung akan memepnyai perilaku yang kurang baik dan menyimpang dari norma dan nilai yang berada pada masyarakat.Misalnya seorang anak yang sering melihat orang tuanya bertengkar dapat melarikan diri pada obat-obatan karena ia tidak tahan melihat pertengkaran orang tuanya.
·      Kerusakan Lingkungan Hidup
Pencemaran yang terjadi di lingkungan masyarakat menimbulkan dampak  sebagai berikut:
•    Polusi udara, menyebabkan sesak nafas,mata pedih, dan pandangan mata kabur.
•    Polusi tanah, menyebabkan lahan pertanian menjadi rusak.
•    Polusi air, menyebabkan air tidak bersih dan tidak sehat isi.

Pengaruh global terhadap eksistensi jati diri bangsa
Adanya unsur budaya asing yang tidak sosuai dengan kepribadian bangsa indonesia sangat menghawatirkan karena dapat menyebabkan terjadinya goncangan budaya. Namun, di sisi lain masuknya unsur budaya asing dengan indonesia juga sangat bermanfaat bagi kehidupanbangsaindonesia.
     Menurut Bierens de Haan, dalam masyarakat terdapat dua unsur berlawanan, yaitu statika dan dinamika. Unsur statika merupakan unsur-unsur dalam masyatakat yang cenderung memepertahankan suatu keadaan untuk tetap (tidak berubah), seperti adanya vested interest atau golongan orang yang menghendaki status quo. Sebaliknya, unsur dinamika merupakan unsur yang menghendaki adanya perubahan, misalnya perubahan linkungan alam, nilai-nilai sosial, dan perubahan struktur sosial. Adanya unsur statika dan dinamika inilah sesinambungan masyarakat tetap tejadi meskipun terjadi perubahan-perubahan di dalam masyarakat.
Untuk melestarikan kesinambungan kehidupan masyarakat agar tetap eksis tentu saja kita harus menjunjung tinggi jati diri bangsa. Untuk itu, kita pun harus mampu mempertahankan diri dari derasnya arus globalisasi. Unsur-unsur budaya asing yang sesuai kepribadian bangsa dapat kita ambil, sedangkan yang tidak sesuai kita tinggalkan. Dengan demikian, keberadaan bangsa kita akan terus ada meskipun begitu derasnya pengaruh dari luar. Selain itu, bangsa kita pun akan mampu mengikuti perkembangan yang ada dengan tetap menjaga dan melestarikan budaya bangsa sendiri. Budaya bangsa kita yang harus dipertahankan misalnya budaya gotong royong, peduli terhadap lingkungan, dan adanya kerja sama yang baik.
Apa yang akan terjadi jika kita tidak mampu menghadapi tantangan global? Apabila kita tidak mampu menghadapinya, kita akan terisolasi dari bangsa lain. Keberadaan bangsa kita pun tidak diketahui di mata dunia apalagi jika kita tidak mampu menstarakan diri dari bangsa lain.

Sekuralisasi
Kita berbicara tentang sekularisme jika kita memusatkan perhatian kita pada efek negatif sekularisasi. Sekularisasi dapat mendorong pada ekstrem atau ekses, yakni suatu sikap berlebih-lebihan untuk menyingkirkan segala alasan, motif atau dimensi religius sebagai omong kosong. Pandangan-pandangan seperti ateisme, materialisme dan saintisme merupakan berbagai aspek dalam sekularisme. Sekularisme dalam arti ini bukanlah sebuah proses sosial-epistemologis, melainkan sebuah ideologi dengan kesempitan berpikir yang tidak dapat mentoleransi eksistensi agama di dalam masyarakat majemuk. Jika agama menghasilkan fundamentalisme religius, proses sekularisasi juga dapat menghasilkan suatu fundamentalisme tertentu, yakni fundamentalisme profane. Itulah sekularisme.
Jadi, di sini kita dapat mengatakan bahwa sekularisasi adalah proses yang wajar di dalam modernisasi, karena pemisahan antara agama dan Negara memang diperlukan untuk memungkinkan kebebasan dan keadilan dalam masyarakat majemuk, namun sekularisme harus diwaspadai. Untuk masyarakat kita yang cenderung religius, sekularisme bukanlah ancaman real; fundamentalisme agamalah yang merupakan ancaman real bagi kemajemukan. Yang sebaliknya juga harus dikatakan: Sekularisme bukanlah solusi untuk masalah kemajemukan, sebab sekularisme adalah bentuk intoleransi terhadap agama manaupun yang merupakan anggota masyarakat majemuk. Yang dibutuhkan masyarakat kita adalah tingkat sekularisasi tertentu (baik secara structural maupun kultural) agar dapat bersikap “fair” terhadap kemajemukan orientasi nilai di dalam masyarakat kita. Kebijakan-kebijakan politis yang berorientasi agama tertentu, misalnya, tidak dapat begitu saja dijadikan norma publik untuk mengatur keseluruhan masyarakat, karena akan bersikap tidak fair terhadap kelompok-kelompok lain bahkan dalam agama yang sama.
Jadi, kesimpulannya bahwa di zaman sekarang ini masyarakat Indonesia cenderung terlalu mengikuti perkembangan zaman yang pesat tanpa kita sadari bahwa kita telah melupakan kebudayaan negara kita sebagai bangsa yang berbudaya timur. selain itu juga masyarakat di negara kita banyak yang mengaku beragama tetapi pada kenyataannya justru perilakunya menyimpang dari nilai-nilai agama. pada sebagian masyarakat yang menganggap dirinya modern mereka beranggapan bahwa kehidupan duniawi yang lebih penting tanpa mementingkan agama, tapi pada masyarat yang awam kadang mereka tidak menghiraukankeadaan sekitarnya. Pengaruh Globalisasi dan Modernisasi pada Pergeseran Nilai Budaya
Posted on
Pengaruh Globalisasi dan Modernisasi pada Pergeseran Nilai Budaya
Orientasi dan strategi kebudayaan bangsa Indonesia yang tidak jelas telah melahirkan kegamangan dan kebingungan ditengah gelombang perubahan yang berlangsung begitu cepat dan rumit.
Telah muncul kerisauan dikalangan pemikir sosial budaya dan kalagan intelektual atas arah perkembangan budaya Indonesia yang terkesan tidak jelas.
Kerisauan itu mengemukan dalam seminar “meletakkan posisi kebudayaan dalam proses menjadi Indonesia” awal bulan juni lalu di Jakarta yang diselenggarakan lingkar budaya dengan harian kompas. Kekuatan budaya sebagai daya ikat berbangsa dan bernegara cenderung kedodoran. Daya tahan kebudayaanpunrapuh di tengah olengan dan terjangan globalisasi. Kekuatan budaya sebagai daya ikat berbangsa dan bernegara cenderung kedodoran. Daya tahan kebudayaanpunrapuh di tengah olengan dan terjangan globalisasi.
Kekuatan budaya sebagai daya ikat berbangsa dan bernegara cenderung kedodoran. Daya tahan kebudayaanpunrapuh di tengah olengan dan terjangan globalisasi.
Bahkan muncul kecemasan tentang kemungkinan bangsa Indonesia tercerabut dari akar budayanya sendiri dan terombang-ambing oleh pengaruh budaya dari luar. Tidak adanya pijakan dan pegangan kuat pada kebudayaan membuat bangsa Indonesia menjadi gamang dan limbung kehilangan arah. Identitas Indonesia secara kultural  menjadi kabur ditengah benturan kebudayaan global. Budaya Indonesia sedang mengalami disorientasi.
Padahal dalm menghadapi goncangan perubahan yang begitu cepat dan hebat, upaya memperkuat identitas budaya sebagai jati diri bangsa seharusnya diperkuat. Agar tidak larut dan terbawa arus, sangat diperlukan upaya terpadu untuk membangun pijakan budaya yang kuat. Sesungguhnya para bapak pendiri Republik, seperti Bung Karno, sejak awal sangat meneknkan kekuatan budaya bangsa sebagai unsur tangguh dalam pembangunan bangsa dan karakter, nation and character building.
Tuntutan penguatan budaya itu bahkan kini semakin relevan ditengah olengan globalisasi. Identitas budaya Indonesia perlu diperkuat agar tidak kehilangan jati diri ditengah proses perubahan yang berjalan begitu cepat.
Tanpa penguatan kebudayaan, bangsa Indonesia akan kehilangan kekuatan mempertahankan jati dirinya dalam menghadapi penetrasi budaya global yang begitu ganas.
Hanya dalam kenyataannya, upaya macam itu justru melemah, yang lebih
merefleksikan kedangkalan
visi generasi sekarang. Tidak ada lagi pemimpin yang berbicara lantang dan terus menerus tentang pentingnya pengembangan budaya. Juga tidak muncul pemikiran kebudayaan yang produktif, seperti generasi 1930an sampai generasi 1945.
Lebih memprihatinkan lagi, setelah era reformasi, pengembangan kebudayaan sebagai salah satu unsur penting dalam kehidupan berbangsa justru disepelekan. Reformasi tidak dijadikan sebagai momentum untuk kebangkitan kebudayaan. Tidak terjadi renaisans.
Sebaliknya, urusan kebudayaan cenderung diredusir. Masalah kebudayaan, misalnya, tidak lagi dimasukkan dalam kementrian pariwisata. Kebijakan ini sama sekali tidak mendorong penguatan pengembangan kebudayaan.
Muncul pula ancaman lain karena sebagian warga masyarakat Indonesia lebih tertarik dan justru ngotot mengadopsi budaya dari luar. Sistem nilai budaya dari luar bahkan dipakai sebagai ukuran untuk menggeser budaya Indonesia yang merupakan warisan leluhur bangsa.
Pada  sisi lain, upaya menggali dan menemukan kembali budaya Indonesia sebagai warisan ribuan tahun dari para leluhur tidak begitu mencolok. Proses kepunahan sejumlah perangkat budaya seperti dibiarkan saja.
Banyak kesenian dan bahasa Nusantara sebagai ekspresi kebudayaan terncam mati. Sejumlah warisan budaya Indonesia yang sangat kaya raya dan penuh variasi dengan sistem nilai yang tinggi, mulai tendesak.
Wacana tentang pengembangan budaya juga surut. Tidak muncul polemik kebudayaan seperti tahun 1930an atau perjuangan mendirikan perikatan Progran Radio Ketimuran (PPRK) pada zaman penjajahan, yang mendorong pengembangan budaya bangsa Indonesia.
Belakangan ini, polemik dan silang pendapat  memang muncul, tetapi menyangkut budaya dari negara atau kawasan lain, bukan kebudayaan Indonesia sebagai warisan leluhur.
Sebaliknya, polemik atau silang pendapat dalam proses pemantapan pijakan budaya bangsa Indonesia sendiri praktis tidak kedengaran, atau hanya sayup-sayup. Mulai muncul kekhawatiran tentang kemungkinan Indonesia tercabut.  
Ekspresinya, antara lain, dalam bidang penggunaan bahasa asing yang tidak proporsional. Bahasa asing kini digunakan untuk nama-nama perumahan atau program di radio dan televisi, yang menjuruskan budaya Indonesia bersifat gado-gado (mezstizo culture) yang tidak karuan.
Pembelaan terhadap penggunaan bahasa Indonesia sebagai salah satu kekuatan budaya bangsa tidak begitu mencolok.
Tentu saja, budaya itu sendiri tidaklah statis, tapi dinamis dan terbuka untuk perubahan sesuai dengan kebutuhan perkembangan zaman. Nilai-nilai yang baik dari luar dapat saja dan perlu diadopsi sesuai dengan sistem nilai budaya bangsa Indonesia, yang sudah teruji melalui perjalanan waktu panjang dan turun  menurun.
Identitas dan karakter bangsa Indonesia yang unik justru ditemukan dalam budayanya. Tanpa upaya mempertahankan nilai budaya sebagai jati diri bangsa, godaan mengadopsi budaya luar menjadi meningkat. Taruhannya tidaklah kecil karena budaya bangsa Indonesia sebagai jati diri akhirnya hanya bersifat tiruan, imitasi, dan semu.
Bahaya modernisasi pada kebudayaan lokal
Indonesia adalah negara majemuk yang paling besar di dunia. Negara kita memiliki lebih 17.000 pulau dari Sabang sampai Marauke yang memliki budaya yang berbeda-beda.
Perjuangan kemerdekaan juga pertama kali dilakukan dengan sendiri-sendiri untuk mempertahankan kearifan lokal dan menolak sistem tanam paksa yang dilakukan oleh kolonialisme Belanda. Para penjajah ternyata memberikan pengaruh juga terhadap budaya Indonesia.
Perkembangan Indonesia mulai dari zaman kemerdekaan sampai saat ini ternyata belum bisa lepas dari pengaruh asing yang sangat mendominasi khususnya pengaruh budaya Barat. Pada masyarakat kota khususnya sudah mulai mengadopsi kehidupan Barat yang sangat bersifat pragmatis dan kapitalis. Dasar dari pemikiran ini adalah materi, dimana semua ditinjau berdasarkan pertukaran uang dan bagaimana cara yang gampang untuk mendapatkan uang.
Hal ini membuat ruang hidup manusia menjadi terkotak-kotak dan terjadi robotisasi pada manusia. Ruang hidup masyarakat kota tidak akan luas lagi karena waktunya banyak habis dikantor tempat dia bekerja dan tidak banyak lagi waktu untuk kumpul-kumpul bersama keluarganya. Biasanya dalam acara kumpul keluarga ini sering dimanfaatkan untuk saling berbagi pengalaman satu sama lain dan untuk mengontrol anggota keluarganya.
Masyarakat kota juga sudah terprogram untuk bekerja, pulang untuk beristirahat, dan bangun pagi untuk bekerja lagi. Kegiatan inilah yang berulang-ulang pada masyarakat. Teknologi yang modern juga membuat manusia seolah-olah mampu untuk hidup sendiri dan tidak membutuhkan manusia lagi. Kekosongan acara kumpul-kumpul telah digantikan dengan menonton tv atau yang lagi sangat semarak adalah bermain di dunia maya terutama face book.
Manusia sibuk dengan aktivitasnya sendiri tanpa disadari budaya kita yang suka beramah-tamah dengan orang lain sudah mulai musnah dari diri kita. Budaya gotong royong juga sudah mulai pudar, yang disebabkan masyarakat Indonesia sudah individualistik, yaitu setiap orang tidak lagi memikirkan orang yang ada disekitarnya, tetapi hanya memikirkan dirinya sendiri. Padahal zaman dulu bila ada orang yang kesusahan maka masyarakat akan bersama-sama menyelesaikannya sehingga beban dari masalah tersebut terasa ringan.
Di kalangan pemuda budaya konser ala Barat juga sudah merebak hampir diseluruh wilayah Tanah Air. Lagu-lagu cinta yang bernuansakan Barat lebih mendominasi dibandingkan lagu-lagu daerah. Lagu-lagu band modern ini juga tidak hanya di dominasi oleh band Indonesia, tetapi lagu dari luar negri seperti Amerika dan Inggris ikut mengalahkan lagu daerah. Para kaum muda biasanya lebih tertarik dengan acara-acara yang benuansakan bangsa Eropa dibandingkan dengan acara yang lebih bersifat kedaerahan yang tentunya pasti lebih berguna
Model baju yang digunakan oleh artis Barat ataupun band Barat ini tidak jarang ditiru oleh artis lokal dan anak-anak muda sekarang. Kata ketinggalan zaman membuat anak muda takut dan enggan untuk melestarikan budayanya sendiri. Salah pengertian anak-anak remaja tentang anggapan bahwa budaya Baratlah yang harus digunakan karena modern dan sesuai dengan perkembangan zaman sedangkan budaya yang bersifat tradisional sudah ketinggalan zaman membuat budaya tradisional kurang mendapat perhatian dikalangan pemuda.
Ada dua hal yang harus dibenahi dalam menumbuh kembangkan kebudayaan Indonesia. Pertama adalah Ketidak pedulian orang tua terhadap perkembangan anaknya karena kesibukan-kesibukannya dikantor membuat anak berkembang sesuai dengan kehendaknya walau itu tidak sesuai dengan kebiasaan dan norma masyarakat Indonesia itu sendiri.
Orangtua harus mengontrol anak terutama anak yang sedang tumbuh dewasa karena pertemuan yang intens terletak pada anak dan orangtua. Anak harus di didik sesuai tata kehidupan yang berlaku dan norma yang ada di masyarakat sehingga menjadi manusia yang berkepribadian dalam budaya. Yang kedua adalah kita tidak mungkin menolak budaya Barat yang sudah melekat berabad-abad sejak zaman kolonialisme.
Tetapi kita harus mengambil sikap untuk mempertahankan, mencintai dan melestarikan budaya kita sendiri yang dimulai dari sejak dini agar budaya kita tidak musnah ditelan arus zaman yang terus bergerak dinamis. Dalam hal ini pemerintah terkhususnya pemerintah daerah yang berperan aktif dalam menyaring budaya asing yang masuk kesatu daerah, apakah budaya tersebut sesuai dengan norma yang ada atau tidak.
Pemerintah harus mampu memadukan kebudayaan daerah dengan kebudayaan asing sehingga terjadi perpaduan budaya yang harmonis dan tidak mengganggu kebudayaan daerah. Dalam hal ini yang sangat penting adalah penguasaan media karena media sangat mempengaruhi pola pikir perkembangan anak terkhusus pada konteks ini adalah anak yang sedang tumbuh dewasa. Pemerintah juga harus mampu merangsang anak-anak remaja untuk tertarik dengan budayanya, misalnya dengan mengadakan pentas seni budaya dan bisa melalui pendidikan dengan penambahan mata pelajaran muatan lokal yang membahas tentang budaya-budaya Indonesia. Mari kita lestarikan budaya kita sekarang sebelum terlambat.



1 komentar:

  1. Caesars Casino Hotel New Orleans, LA - Mapyro
    Explore real-time driving 안산 출장안마 directions to Caesars 경산 출장샵 Casino Hotel New Orleans, LA in New Orleans. 안동 출장샵 Located 대구광역 출장마사지 in the heart 계룡 출장마사지 of New Orleans, this hotel and casino is close to Canal

    BalasHapus